Contoh:
Perhatikan puisi Chairil Anwar berikut ini:
HAMPA
kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Dengan teknik parafrase ini kita tambah beberapa
kata agar lebih mudah dipahami.
HAMPA
kepada Sri
(keadaan amat) Sepi di luar (sana).
(Keadaan) Sepi (itu) menekan-(dan) mendesak.
Lurus kaku pohon(-pohon)an (disana).
(pohonan itu) Tak bergerak
Sampai ke puncak (nya). Sepi (itu) memagut(ku),
Tak satu kuasa (pun dapat) melepas-(dan me)renggut(nya
dariku)
Segala(nya hanya) menanti. Menanti. (dan) Menanti (lagi).
(menanti dalam) Sepi.
(di) Tambah (lagi dengan keadaan saat) ini (,) menanti jadi
mencekik (malah)
Memberat(kan dan)-mencekung (kan) punda (kku)
Sampai binasa segala(-galanya). (itu pun) Belum apa-apa
(bahkan) Udara (pun telah) bertuba. Setan (pun) bertempik
(sorak)
Ini (,) (peraan) sepi (ini) terus (saja) ada.
Dan (aku masih tetap) menanti.
NB: Teknik parafrase ini hanya diperlukan bagi puisi-puisi yg
amat minim kata-katanya. Bila suatu puisi telah tersusun dalam
kata-kata yg mudah dipahami, maka tidak diperlukan lagi membuat
parafrase.
4 komentar:
4 Juni 2009 pukul 21.45
ilmu nya boleh di copy y..
makasi..
24 September 2010 pukul 19.23
thanks,
aku jd lbh mudah do my homework.
28 Maret 2011 pukul 03.50
thank kyou yah....
18 Agustus 2011 pukul 19.08
makasi yaa.. :D
ngebantu banget buat tugas sekolah (^v^)d
Posting Komentar